Menjaga Iman di Tengah Gemerlap Las Vegas: Kisah Muslim di Kota yang Tak Pernah Tidur

21 Apr

Las Vegas, kota yang dikenal sebagai “Sin City”, memunculkan bayangan lampu neon, kasino 24 jam, hotel megah, dan pesta tanpa henti. Kota ini identik dengan hal-hal negatif seperti prostitusi, perdagangan barang ilegal, dan aktivitas mafia. Namun, di balik gemerlap itu, saya, seorang Muslim dari Indonesia, menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga: kehangatan komunitas Muslim dan pelajaran mendalam tentang iman.   Sebelum berangkat studi ke Amerika, saya meminta restu dan nasihat dari guru kami, Syekh Abdur Rozaq an-Najm ad-Dimasyqi. Khawatir dianggap “calon liberal”, saya justru mendapat restu dan pesan untuk mempelajari kehidupan komunitas Muslim di sana.   Bersama rombongan kecil dari Riverside, California, saya menempuh perjalanan 6 jam menuju Las Vegas, Nevada. Kami disambut hangat oleh saudara-saudara dari Masjid At-Taqwa San Bernardino, yang bukan hanya menjadi pemandu, tetapi juga seperti keluarga.   Petualangan di Alam dan Kota   Perjalanan dimulai dari Red Rock Canyon, sebuah oase alam yang menakjubkan di tengah kota yang dikenal duniawi. Bukit-bukit merah dengan gradasi oranye dan cokelat berdiri gagah, mengingatkan saya pada kebesaran Allah. Saya terpaku, menghirup udara segar, dan merasakan kedamaian yang kontras dengan kesan Las Vegas.   Malam harinya, kami menjelajahi Downtown Las Vegas. Musik kencang, kerumunan penuh warna, dan layar LED raksasa menciptakan suasana yang tak pernah reda. Di tengah hiruk-pikuk itu, saya justru merasa hening, bertanya dalam hati: apa yang sebenarnya dicari manusia di balik semua ini?   Kami juga mengunjungi tempat-tempat ikonik seperti Hoover Dam, lokasi syuting banyak film Hollywood, Caesars Palace, taman indah di Cosmopolitan Hall, dan pertunjukan spektakuler Atlantis Show. Namun, yang paling membekas bukanlah gemerlap atraksi, melainkan manusia dan kemajuan yang saya saksikan.   Komunitas Muslim yang Menginspirasi   Ternyata, Las Vegas memiliki komunitas Muslim yang cukup besar, diperkirakan berjumlah 10.000 hingga 20.000 jiwa. Mereka sangat beragam, terdiri dari imigran, mualaf, hingga Muslim keturunan Afrika-Amerika. Ada 10-20 masjid aktif, seperti Masjid As-Sabur, masjid tertua di Las Vegas, dan Masjid Ibrahim, yang tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan kemanusiaan. Komunitas ini aktif dalam dialog lintas agama dan menjalin hubungan baik dengan penganut agama lain. Di tengah kebebasan dan godaan kota, mereka memancarkan Islam yang damai dan inklusif.   Pertemuan yang Menyentuh Hati Dari sekian banyak pertemuan, saya paling terkesan dengan Brother Ismail, seorang mualaf asal Meksiko. Wajahnya bersinar saat menceritakan perjalanan menemukan Islam dua tahun lalu. Kami saling bertukar nomor, dan ia mendoakan kami selamat di perjalanan. Ada pula seorang imam masjid dari Thailand yang begitu rendah hati, serta Brother Mukhtar yang dengan tulus mengantar kami ke parkiran sambil meminta doa karena kami adalah musafir. “Please pray for me, because you’re all musafir,” katanya dengan senyum ikhlas. Meski hidup di kota penuh tantangan, iman mereka terasa hidup, tercermin dari ketulusan sikap dan pelayanan.   Refleksi: Susu Murni di Tengah Kotoran   Saya teringat Surah An-Nahl ayat 66: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya, berupa susu yang bersih di antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” Ayat ini seolah hidup di Las Vegas. Meski dikenal sebagai kota penuh “kotoran” duniawi, Allah menurunkan “susu murni”—iman yang bersih, manfaat nyata, dan saudara seiman yang memberi harapan.   Pulang Membawa Cahaya   Saya pulang tidak hanya dengan oleh-oleh atau foto Instagramable, tetapi dengan pelajaran berharga: keberanian menjaga iman di tengah godaan, keramahan yang melampaui prasangka, dan Islam yang hidup di mana saja, bahkan di kota paling gemerlap. Las Vegas ternyata tidak selalu tentang dosa. Justru di tempat seperti ini, cahaya iman terlihat lebih jernih. Semoga suatu hari saya kembali ke Las Vegas, dalam dekapan iman yang sama.   Mohammad Ulil Rosyad, Penerima Beasiswa Pendidikan Kader Ulama (PKUMI - LPDP) dan sedang menjalankan program kursus singkat di Amerika Serikat.