Chicago: Dari Pameran Dunia hingga Menjadi Pusat Peradaban

28 Nov

Chicago: Dari Pameran Dunia hingga Menjadi Pusat Peradaban

Amerika, Santri Mengglobal - Jauh dari ibu kota dan pesisir, Chicago mungkin tidak tampak seperti pusat geopolitik. Namun, kota ini penuh dengan bangunan bersejarah yang membentuk kebijakan luar negeri Amerika.

Dalam dua bulan ini, saya berkesempatan untuk mengambil energi positif dengan melakukan tur peradaban ke beberapa tempat yang menceritakan sejarah dari apa yang disebut “American Century.” Sebuah peninggalan sejarah yang menandai kemunculan, pendirian, dan puncak Amerika Serikat sebagai kekuatan besar di panggung dunia.

Berjarak hanya 5 kilometer dari tempat tinggal saya, di lingkungan Hyde Park, ada sebuah taman luas yang dilengkapi dengan bangunan-bangunan bersejarah. Di pintu gerbang tertulis Jackson Park.

Pada tahun 1893, tempat ini menjadi pusat dunia. Tahun itu, kota Chicago menyelenggarakan World’s Columbian Exposition, dan Jackson Park menjadi tuan rumah bagi jutaan wisatawan dari seluruh dunia yang mengunjungi pameran, pasar, toko roti, dan teater di pameran tersebut.

Pada saat itu, negara-negara menggunakan World’s Columbian Exposition seperti halnya banyak negara menggunakan Olimpiade saat ini. Pameran tersebut dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk menunjukkan bahwa mereka adalah kekuatan industri dan kini siap memasuki panggung dunia.

Menariknya, salah satu bangunan penting yang dipamerkan dalam agenda itu adalah masjid, rumah ibadah umat Islam. Tentu bangunan ini sangat mengagetkan para pengunjung, termasuk saya. Usut punya usut, masjid yang dibangun dengan arsitektur Turki Usmani itu disiapkan oleh Ottoman sebagai partisipasi dalam World’s Columbian Exposition. 

Masjid ini selanjutnya menjadi penanda masuknya Islam di Chicago, dan kelak akan mengubah Chicago menjadi “Madinahnya Amerika,” sebuah kota yang menjadi rumah bagi keberagaman suku, agama, etnis, dan kepercayaan.

Meskipun sebagian besar bangunan yang dibangun untuk pameran tersebut bersifat sementara, pengunjung masih dapat melihat sisa-sisanya di Jackson Park. Patung emas setinggi 24 kaki di dekat pelabuhan, misalnya, adalah replika kecil dari "The Republic," sebuah karya seni besar yang menjulang tinggi di atas area pameran. 

Seperti aslinya, versi patung ini menggambarkan seorang wanita memegang bola dunia dengan seekor elang bertengger di atasnya, dan tongkat yang bertuliskan kata-kata "liberty."

Tidak sah mengunjungi Chicago jika Anda tidak singgah di University of Chicago, sebuah kampus yang sangat terkenal di Amerika. Di depan perpustakaan Regenstein, saya melihat sebuah bangunan yang sangat unik. 

Sebuah patung berbentuk tengkorak manusia dan jamur. Saya sempat bertanya-tanya kepada teman, "Patung apa itu? Kok tertulis landmark?" Rupanya, itu adalah bentuk dari energi nuklir yang dipahat oleh seniman. Sebuah monumen penanda ditemukannya nuklir sebagai sumber energi.

Menurut sejarahnya, pada tanggal 2 Desember 1942, University of Chicago menginisiasi nuklir sebagai sumber energi yang berkelanjutan, dan ini menjadi yang pertama di dunia. Memang percobaan di Chicago hanya menghasilkan energi yang cukup untuk menyalakan bola lampu kecil, tetapi penemuan itu mendorong Proyek Manhattan untuk mengembangkan bom nuklir. Satu langkah besar yang diambil dan mengantarkan Amerika menjadi negara adikuasa bersama Uni Soviet waktu itu.

Tur kemudian saya lanjutkan melintasi halaman utama universitas menuju ruang 122 Gedung Penelitian Ilmu Sosial. Di tempat itu, pada tahun 1989, Francis Fukuyama menyampaikan kepada ruang kuliah yang dipenuhi oleh mahasiswa dan staf fakultas. Kepada para mahasiswa, Fukuyama mengatakan bahwa Perang Dingin akan segera berakhir.

Judul artikel yang disampaikan pada saat itu adalah “The End of History?” Sebuah pertanyaan besar apakah berakhirnya Perang Dingin akan menjadikan demokrasi liberal Barat sebagai model masyarakat yang unggul, sehingga perdebatan tentang tata kelola menjadi usang. Kemudian pada tahun yang sama, Tembok Berlin runtuh, dan pada tahun 1992 Fukuyama menerbitkan pidato tersebut sebagai sebuah buku dengan judul “The End of History and the Last Man” — tanpa tanda tanya.

Chicago telah berhasil mewujudkan Amerika menjadi kekuatan dunia dengan melahirkan tokoh-tokoh besar yang sangat menginspirasi dan mewarnai pemikiran global. Sebut saja Barack Obama, presiden Amerika Serikat ke-44. Meskipun dia lahir di Hawaii, dia besar dan tumbuh di Chicago. Ada juga nama lain seperti Muhammad Ali, petinju legendaris Muslim Amerika yang sangat terkenal.

Ahmad Munji, Peserta program Micro Credential (2024) Chicago, Amerika Serikat, Beasiswa non-Degree Dana Abadi Pesantren Kementrian Agama (Kemenag) berkolaborasi dengan LPDP dan Lembaga Pendidikan di Chicago selama dua bulan.***(Ahmad Munji)